Aku dan Quran ku



SDku adalah sekolah dasar yang berbasis Qurani. Setiap hari akan ada jadwal untuk mengaji sesuai tingkatan/jilid. Jadi, misal aku kelas 3 tapi sudah al-quran, temanku kelas 3 sudah hafidz 3 juz, dan lain lainya. SDku memang terkenal dengan bacaan ngaji yang bagus. 

Setiap tahun pasti mengadakan pra-munaqosyah dan munaqosyah untuk menguji bacaan tingkat dasar al-quran dan tahfidz. Banyak yang lulus dan tak banyak juga yang mengulang. Tingkat dasar yang diuji adalah fashohah, tartil, ghorib, tajwid, dan surat surat pendek an-nas s/d al-alaq. Kalau tahfidz yang diuji sesuai hafalan juz nya. Juz 30, juz 29, juz 1, dan juz 2.

Suatu ketika, aku yang sedang menduduki dikelas 6 harus menghafal juz 29 karena sudah melewati uji tingkat dasar kelas 4 dan uji juz 30 kelas 5. Saat pra-munaqosyah, aku merasa semua baik-baik saja. Aku bisa menjawab pertanyaan penguji. Namun, aku salah. Justru nilaiku paling jelek dan merah semua. 

Ada 1 guru yang bilang padaku didepan semua murid dengan nada ejekan "he kamu, nilaimu merah semua. Kamu gak bakal bisa ikut munaqosyah". Sontak aku langsung turun ke bawah untuk melihat nilaiku. Aku menangis sejadi-jadinya. Kemudian, datanglah guru lainnya. Beliau menawarkan aku untuk tetap lanjut mengikuti munaqosyah. Bak peri di siang hari. Aku terus menangis mendengar tawaran itu. Beliau adalah satu-satunya guru yang yakin bahwasanya aku mampu untuk munaqosyah. 

Akhirnya aku diberi waktu hanya 5 hari untuk terus mengasah hafalanku. Pagi sampai malam tidak lepas al-quran ditanganku. Ambisiku sangat tinggi untuk membuktikan kepada seluruh sekolah bahwa aku bisa. Hari-h pun telah tiba. Aku mengikuti munaqosyah dengan percaya diri. Sebulan setelah itu, acara khotaman quran di sekolah. Diumumkanlah juara terbaik tingkat al-quran dasar, juz 30 dan juz 29. Namaku tersemat sebagai peserta terbaik juz 29 dengan predikat mumtaz. Sejak saat itu banyak guru yang menyanjungku dan meminta maaf padaku. Aku sangat bangga pada diriku. Terima kasih kepada mami yang mendoakan dirumah, kepada bunda selaku guruku yang menawarkan aku, dan kepada teman-temanku yang mendukungku. 


                    (Ibu peri, aku, dan surgaku) 


Cerita inspirasi : Mauidatul Hasanah (230611100153) 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pensiun Jadi Atlet

Sudah Sayang Diri Sendiri Belum?

Lomba Matematika Tingkat Provinsi Di ITS